Persaingan di bursa tenaga kerja semakin ketat. Kondisi ekonomi makro yang memengaruhi ekonomi mikro perusahaan semakin memperparah ketatnya persaingan mendapatkan pekerjaan. Krisis ekonomi global, perkembangan politik, bencana alam, dan wabah penyakit sangat besar dampaknya terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Jangankan yang masih
belum pernah bekerja, yang sudah bekerja bertahun-tahun pun harus masuk ke
ajang perebutan pekerjaan karena perusahaan tempat bekerja melakukan
perampingan atau tutup.
Bagaimana peluang pencari kerja fresh graduate...?
Para fresh graduater sebaiknya membaca artikel ini sampai selesai agar
mendapatkan manfaat yang maksimal.
Kegalauan Fresh Graduate
Mayoritas mahasiswa
memiliki rencana bekerja sebagai karyawan setelah lulus kuliah. Meskipun di era
milenial ini perkembangan kewirausahaan tumbuh pesat, semakin banyak anak-anak
Gen Z yang bercita-cita menjadi wirausahawan, prosentase yang ingin menjadi
karyawan masih jauh lebih tinggi. Bahkan yang bercita-cita jadi wirausahawan
pun sebagian masih ingin menjadi karyawan dulu sebelum mendirikan perusahaan
sendiri.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk khususnya usia produktif, persaingan mendapatkan pekerjaan menjadi semakin ketat. Setiap tahun, bahkan setiap bulan bertambah sarjana-sarjana baru yang mau tidak mau harus bersaing mendapatkan pekerjaan dengan para seniornya yang lulus lebih dulu dan belum mendapatkan pekerjaan.
Di sisi lain persaingan di dunia industri juga semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan mereka membutuhkan karyawan yang berkualitas, yang terbaik di bidangnya. Karena itu seakan-akan (saya menggunakan kata seakan-akan untuk menggambarkan kondisi yang belum final) perusahaan-perusahaan hanya mau menerima karyawan yang sudah memiliki pengalaman kerja. Maka seakan-akan (lagi) semakin kecil pula peluang fresh graduate mendapatkan pekerjaan. Benarkah seperti itu kondisinya? Tergantung...
Perusahaan (Masih) Membutuhkan Karyawan
Karyawan adalah aset
penting perusahaan, modal utama untuk menghasilkan produk-produk yang
berkualitas baik berupa barang maupun jasa. Sebagus apa pun bahan dasar suatu
produk bila diolah tidak secara maksimal hasilnya tidak akan bagus. Tidak bisa
bersaing di pasar. Secanggih apa pun mesin yang digunakan bila tidak
dioperasikan dengan baik hasilnya pasti akan mengecewakan.
Sampai saat ini, dengan berkembang pesatnya teknologi, sentuhan tangan manusia masih sangat dibutuhkan. Mungkin jumlahnya sudah tidak sebanyak sebelumnya, tapi masih sangat dibutuhkan. Semua perusahaan masih membutuhkan manusia sebagai karyawannya. Meskipun ada beberapa proses yang digantikan oleh mesin-mesin canggih, masih banyak bagian-bagian yang tak tergantikan mesin. Bagian pemasaran dan penjualan masih sangat membutuhkan sentuhan tangan manusia, pendekatan emosi dan perasaan kepada pelanggan. Pada level masalah tertentu bagian pelayanan juga tidak bisa tergantikan automatisasi.
Karyawan Seperti Apa yang Dibutuhkan
Karyawan seperti apakah
yang dibutuhkan oleh perusahaan di era digital?
Yang dibutuhkan
perusahaan saat ini adalah karyawan yang selalu siap berubah sesuai perkembangan zaman.
Sekarang perkembangan
teknologi sangat cepat. Semua perusahaan harus mengikuti perkembangan itu atau
kalah dan hancur tergilas roda perubahan.
Bila di era-era sebelumnya inovasi hanya pada tataran fungsi dan fitur produk, maka di era digital sekarang perubahan sudah pada tataran jenis produk yang melibatkan positioning, segment dan ceruk pasar, bahkan perubahan sudah memengaruhi jenis industri yang dijalankan.
Banyak
perusahaan-perusahaan besar yang mampu bertahan dan berkembang karena mau
berubah, bermetamorfosis, seperti Samsung dan Sonny.
Banyak juga
perusahaan-perusahaan yang tumbang karena enggan berubah dan tidak segera
mencari peluang baru di pasar. Perusahaan operator telekomunikasi selular
pernah berjaya di zamannya. Sekarang perusahaan-perusahaan operator
telekomunikasi seluler yang tersisa harus berpikir keras agar bisa bertahan
menghadapi gempuran perusahaan operator WIFI, yang bisa menyediakan sarana
komunikasi jauh lebih murah dengan kualitas yang hampir sama.
Perusahaan-perusahaan itu, yang sadar dan siap berubah mengikuti perkembangan zaman, membutuhkan karyawan-karyawan yang juga mampu mengimbangi perkembangan dan perubahan perusahaannya. Suatu keniscayaan bila keterampilan yang dulu sangat dibutuhkan sekarang tidak lagi digunakan. Karyawan yang sudah bekerja puluhan tahun mungkin tidak lagi dibutuhkan karena tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Karyawan yang sudah bertahun-tahun jadi andalan bisa tersisihkan karena enggan move on, terlalu bangga pada keunggulan yang sudah kadaluarsa.
Pengalaman kerja tidak lagi bisa jadi jaminan mudah mendapatkan pekerjaan.
Keterampilan mutakhir yang kini harus dimiliki oleh pencari kerja untuk memenangkan persaingan.
Soft
Skill
Apakah semua karyawan
lama harus diganti karena perubahan teknologi? Khan lebih murah menggaji
karyawan baru fresh graduate yang
dibekali aneka pelatihan teknologi baru? Tidak sesederhana itu, dan tak perlu
sedramatis begitu.
Keterampilan-keterampilan yang sesuai teknologi itu adalah hard skill. Hard skills ‘mudah’ dipelajari dan diukur. Hard skills hanya berhubungan dengan kemampuan mengerjakan sesuatu, tapi belum menjamin kualitas hasilnya. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dibutuhkan soft skills, seperti logical thinking (pemikiran logis), perseverance (ketekunan), persistence (kegigihan), creativity (kreativitas), critical observation (pengamatan yang kritis), dan critical thinking (berpikir kritis).
Soft skills tidak bisa dipelajari secara instan. Pelatihan seminggu tidak bisa membuat seseorang menguasai sebuah soft skill. Soft skill harus dilatih dan dipraktikkan secara terus menerus. Itulah keunggulan yang dimiliki oleh karyawan yang berpengalaman kerja : soft skill. Bila hard skills bisa kadaluarsa, ketinggalan zaman, tidak begitu dengan soft skill. Soft skill tidak bisa ketinggalan zaman, hanya perlu disesuaikan dengan hard skill terbaru. Bahkan, soft skill-lah yang dibutuhkan seseorang agar bisa selalu mengikuti perkembangan teknologi, seperti adaptability (adaptasi), business trend awareness (kepedulian terhadap tren bisnis) ,desire to learn (keinginan untuk belajar), flexibility (fleksibilitas), technology trend awareness (kepedulian terhadap tren teknologi), trainable (mudah dilatih), willingness to learn (kemauan belajar).
Seseorang yang memiliki pengalaman kerja panjang akan memiliki soft skills, karena saat menjalankan pekerjaan dia pasti selalu menggunakannya. Semakin lama soft skill-nya akan semakin terasah. Tentu saja setiap orang memiliki tingkat soft skill yang berbeda, sesuai kemauannya meningkatkan kualitas diri, yang untuk itu juga membutuhkan soft skill : accepting feedback atau willing to accept feedback (kemauan menerima umpan balik), yang ternyata tidak dimiliki oleh semua karyawan berpengalaman kerja.
Jadi, bila perusahaan mempertahankan karyawannya yang sudah lama bekerja, bukan karena hard skill yang mereka kuasai, karena itu bisa kadaluarsa. Namun karena soft skill yang mereka miliki. Soft skill yang bisa membuat mereka tetap produktif meskipun teknologi berkembang dan kondisi berubah.
Peluang Fresh Graduate
Bagaimana dengan para
pencari kerja yang belum berpengalaman kerja, fresh graduater?
Kabar baiknya adalah :
mendapatkan soft skill tidak harus melalui pengalaman kerja resmi di sebuah
perusahaan. Soft skill bisa didapatkan dengan banyak cara. Segala kegiatan bisa
jadi media untuk mengasah dan meningkatkan soft skill, apapun itu.
Life skill, kemampuan untuk bertahan hidup adalah terdiri dari hard skill dan soft skill. Agar sukses dalam pendidikan seorang pelajar atau mahasiswa membutuhkan soft skills, yang sudah saya sebutkan tadi, seperti ketekunan, kegigihan, dan berpikir logis.
Kegiatan-kegiatan
organisasi, bila dijalankan dengan serius dan bersungguh-sungguh, akan
meningkatkan banyak soft skill yang sangat dibutuhkan perusahaan, seperti
collaboration (kolaborasi) , cooperation (kerja sama), communication
(komunikasi), dan establishing interpersonal relationships (menjalin hubungan
interpersonal).
Kegiatan magang, jadi sukarelawan, proyek-proyek bisnis sederhana di lingkungan tempat tinggal, juga bisa digunakan untuk meningkatkan soft skill.
Jadi, sejatinya setiap orang memiliki peluang yang sama dalam persaingan mendapatkan pekerjaan, baik berpengalaman kerja maupun fresh graduate. Meskipun memiliki pengalaman kerja yang panjang, tapi enggan berubah dan mengasah soft skill, akan bisa dikalahkan oleh seorang fresh graduate yang semangat berlatih meningkatkan kualitas dirinya dengan berbagai kegiatan.
Mengemas dan Menjual Diri
Bila sudah memiliki soft skills yang dibutuhkan perusahaan,
langkah selanjutnya adalah bagaimana mengemas semua itu agar terlihat dan dipertimbangkan.
Untuk itu perlu kemampuan komunikasi menjual diri, suatu soft skill juga.
Dibutuhkan kemampuan mengemas soft skills agar mudah terlihat oleh perusahaan.
Baik berpengalaman kerja atau pun fresh graduate, seorang pelamar kerja harus mampu meyakinkan rekruter bahwa dia memiliki sesuatu yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dia harus bisa menunjukkannya dalam surat lamaran kerja, curriculum vitae, dan saat wawancara kerja.
Seorang pelamar kerja yang berpengalaman kerja panjang dan memiliki banyak keterampilan bisa dikalahkan oleh seorang fresh graduate yang bisa mengemas keunggulannya dengan baik sehingga mampu meyakinkan rekruter suatu perusahaan. Sangat mungkin.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar